Lokasi Anda saat ini adalah:Bumi Resources > Tekno

Ruwahan Ageng Suryatmajan Wujud Kesetiakawanan Sosial di Masyarakat

Bumi Resources2025-04-26 22:20:29【Tekno】1rakyat jam tangan

PerkenalanbolahiuMenyediakan konten berita menarik dalam dan luar negeri yang komprehensif,Pada masa Pemerintahan kerajaan Mataram Islam, Sultan Agung penanggalan Jawa disatukan dengan penang arti mimpi dikejar babi menurut primbon jawa

Pada masa Pemerintahan kerajaan Mataram Islam,arti mimpi dikejar babi menurut primbon jawa Sultan Agung penanggalan Jawa disatukan dengan penanggalan Hijriyah agar umat islam di tanah jawa memiliki pedoman penanggalan dalam melaksanakan ibadah, seperti puasa, Idhul Fitri, Idhul Adha. Ruwah salah satu bulan dalam penanggalan Jawa sama dengan bulan Sya'ban dalam penanggalan Hijriyah.

Di bulan ruwah terdapat tradisi bersih-bersih diri, lingkungan, mendoakan leluhur dan apeman (membuat makanan apem). Dalam apeman terdapat makanan khas berupa ketan, kolak dan apem yang dibuat, didoakan dan dibagikan pada tetangga sebagai bentuk saling berbagi.

Masyarakat Kelurahan Suryatmajan yang terdiri dari 6 kampung (Cokrodirjan, Gemblakan Atas, Gemblakan Bawah, Ledok Macanan, Sosrokusuman, Suryatmajan) menggelar upacara memetri budaya adat widi widono "Ruwah Ageng" pada hari Minggu sore (28/3) di halaman Kantor Kelurahan Suryatmajan.

Weda Satriya Negara, Lurah Suryatmajan menuturkan "tradisi ini sudah dilaksanakan sejak tahun 2018 dan terus berlangsung sebagai bentuk kebersamaan warga dalam menyambut bulan puasa (Ramadhan 1442 H) dan rasa syukur atas berkah dan karunia Tuhan Yang Maha Esa selama ini".

Saat ini, semua kampung mengirimkan 3 tambir yang terdiri dari 2 tambir berisi ketan, kolak, apem dan 1 tambir berupa makanan kihas dari kampung masing-masing. Makanan tersebut diarak menuju ke sisni untuk dikumpulkan dan didoakan dengan dikawal Bregada Cokrodirjo. Setelah didoakan makanan tersebut dibagikan pada masyarakat sebagai bentuk kebersamaan dan saling berbagi..

"Meski kegiatan ini dilaksanakan saat pandemi namun dilakukan dengan standar protokol kesehatan yang ketat, " imbuh Weda

Hadir dalam kegiatan tersebut Wakil Walikota Yogyakarta, Heroe Poerwadi, Dinas Kebudayaan, Dinas Pariwisata, Mantri Pamong Praja Danurejan, Kapolsek Danurejan, tokoh masyarakat dan masyarakat seputaran jalan mataram Yogyakarta.

Dalam Sambutannya Wakil Walikota Yogyakarta, Heroe Poerwadi menuturkan, "Ruwahan ini merupakan  tradisi budaya Jawa yang berakulturasi dengan ajaran  islam".

Dalam bulan ruwah ada apeman yang didalamnya ada makanan kolak yang dimaknai sebagai Khaliq atau sang Pencipta sehingga diharapkan kita selalu ingat pada Tuhan dan menerapkan apa yang menjadi ajaran-Nya, apem dari kata apuan yang berarti ampunan yang bisa dimaknai di bulan ruwah ini hendaknya kita mohon ampun pada Alloh SWT dan mohon maaf pada sesama sebagai bekal kita akan menjalani ibadah puasa, sedangkan ketan dari kata khoto’an yang berarti suci yang mana dimaknai agar lahir dan batin kita bersih dalam menyambut dan beribadah di bulan Ramadhan.

Selain itu dalam tradisi ini juga terdapat unsur kesetiakawanan sosial dimana makanan setelah siap saji, didoakan dan dibagikan  pada tetangga atau masyarakat disekitarnya,  didalamnya juga ada rasa  kebersamaan masyarakat yang saling bahu membahu, saling tolong menolong satu sama lain.

"Inilah ciri khas masyarakat Kota Yogyakarta yang istimewa meski dalam masa pandemi (susah) tapi  tetap saling berbagi dan guyub dalam bermasyarakat", kata  Heroe lebih lanjut. (ant)

Besar!(4219)